Raihan

Welcome to Cay Stories
....
Life is like a martabak, every piece has its own taste.

Hidup itu kaya martabak. Setiap potongannya punya rasa masing-masing. Kadang manis, kadang asin, kadang hambar dan kadang pahit kalo lagi gosong.

Gue ngga tahu harus mengawalinya dari mana. Karir ? Sekolah ? Kuliah ? Cinta ?

Hidup gue terlalu random untuk semua hal itu diceritakan dengan runtut.

Mungkin gue mulai dari sahabat gue yang bernama ....
Bahkan gue ragu untuk menyebutkan namanya.
Bukan, dia bukan karakter utama yang sejak dulu sering gue sebut di beberapa cerita sebelumnya. Bahkan hampir jadi satu novel utuh. Seseorang yang sering gue sebut dengan nama Alif Lam Mim.
Sebuah kisah cinta dalam persahataban yang sering membuat beberapa orang di sekitar gue merasa iri. Tapi pada akhirnya mereka bosan sendiri karena si tokoh utama ngga pernah muncul. Bahkan ada temen gue yang bilang kalo mungkin selama bertahun-tahun ini gue cuma berhalusinasi. Dan karakter Alif Lam Mim itu emang cuman karakter ciptaan gue aja. Baru akhirnya gue sadar, mungkin selama ini gue cuma penasaran sama dia. Karena kita udah ngga pernah ketemu sejak lulus SMA, sampai sekarang umur gue hampir 24 tahun.

Cerita cinta selalu menjadi hal yang menarik untuk siapapun. Pun buat gue. Tapi, cerita cinta masih selalu menjadi misteri dalam hidup gue. Ada banyak orang yang dateng. Tapi pada akhirnya gue selalu bilang 'itu cuma perasaan sesaat'.

Dan hari ini, gue hanya bisa berharap sambil terus menyuarakan doa kepada 'langit'. Entah nantinya dia atau bukan seseorang yang datang, pastilah itu yang terbaik.

....

Sebut saja namanya Raihan. Entah, nama itu kedengerannya adem aja. Nantinya semua karakter yang ada di sini akan menggunakan nama samaran.

Raihan sahabat gue sejak pake seragam putih abu-abu. Dari dulu dia selalu menjadi idola kaum hawa dengan keadaan dia yang apa adanya. Ya literally apa adanya. Untuk ukuran idola, menurut gue Raihan ngga memenuhi kriteria itu. Dia pendek. Kecil. Dan, kurang jantan sih menurut gue. Klub bola favoritnya adalah chelsea, warna favoritnya adalah pink. Dan dia orang yang menginfluence gue untuk mulai pakai sabun cuci muka pada hari yang panas itu.

Entah persahabatan ini darimana dimulai, tapi semua berjalan gitu aja. Tiba-tiba, gue tahu siapa Raihan di masa lalunya. Sebelum menjadi seperti sekarang, mungkin ada yang dia alami. Banyak orang yang mengutuk dia dengan sebutan laki-laki tukang PHP. Mungkin karena dia terlalu perhatian dengan semua perempuan. Basically dia emang sosok orang yang perhatian. Tapi kadang, perempuan emang suka salah paham dengan semua itu.

Raihan banyak cerita, tentang beberapa perempuan di masa lalunya yang sempat bikin gue kaget. Gue tipikal orang yang cuek atau apatis ? Suka masa bodoh terhadap apa yang terjadi dengan seseorang. Ya selama itu ngga ada hubungannya sama gue, gue ga akan repot-repot nyari tahu.

Tapi hari itu, di motor. Raihan nyeritain semuanya yang mungkin cuma beberapa part aja. Mungkin itu awal kedekatan kita. Atau pernah sebelumnya ? Gue merasa iya, but entah dengan Raihan.
Raihan terus cerita sementara gue akan menjadi pendengar yang baik. Tentang perempuan itu, yang pernah jadi pacarnya sewaktu kelas satu SMA. Gue lupa dengan cara apa mereka putus, tapi intinya si perempuan paling pinter di sekolah itu pernah jadi pacar Raihan.

Gue ngga ngerti sedeket apa gue sama Raihan dulu sampe sering dikira pacaran. Bahkan, ada ade kelas yang pernah nangis karena ngira gue ada hubungan sama Raihan. Kejadian ini ketika Raihan jadi KetOs dan gue cuma selalu jadi pengintilnya aja. We use to be best partner at every event. Ya, cuma itu. Dia KetOs dan gue cuma sie. Acara yang pada akhirnya harus sering berhubungan sama dia. Sebatas itu. Dia bilang 'kita best partner kalo urusan kaya gini cay'.

Raihan bilang, dia emang pernah deket sama perempuan-perempuan itu. Tapi ya sebatas deket aja. Dia ngga pernah bermaksud untuk menjalin hubungan lebih dengan perempuan-perempuan itu.
Ada beberapa perempuan yang terlihat benar-benar menyukai Raihan. Sejak SMP. Sampai baru-baru ini, gue denger dia telah dilamar oleh orang lain. Dan beberapa hari sebelum proses lamaran itu, dia sempat menghubungi Raihan lagi untuk menanyakan perasaan Raihan ke perempuan itu. Gue cukup salut sama keberaniannya dia.

Masa putih abu-abu pun sama. Ada satu cewek yang begitu tergila-gila sama Raihan. Sampe-sampe dia nangis karena ngelihat gue yang selalu bareng Raihan. Dia pikir, gue ada hubungan lebih dengan Raihan. Ada satu temen gue yang bilang soal itu. Sejujurnya guepun turut merasa bersalah. Tapi juga bisa apa ?

But at least, she had happy ending story in her life. Sekarang, dia sudah berbahagia dengan suaminya dan sedang menanti kelahiran calon malaikat mereka. Gue inget, waktu masa-masa kuliah, Raihan pernah minta gue untuk nanyain kabar cewek itu waktu sebelum dia menikah. Setelah bertahun-tahun dia menghilang dari si kehidupan si cewek.

Ada pula sebuah cerita mengejutkan tentang Raihan di penghujung masa putih abu-abu. Entah kenapa secara tiba-tiba dia memutuskan untuk pacaran dengan satu cewek yang sepertinya di luar tipikal yang biasanya dia deketin. Setau gue, cewek itu ngga terlalu pinter. Atau malah ngga pinter ? Sontak hal ini menggemparkan satu sekolah.

Gue, adalah tipikal orang yang cuek (indeed). Gue ngga suka terlalu ikut campur urusan orang. Termasuk urusan Raihan sama satu cewek ini. Ibarat artis nih, waktu itu Raihan bener-bener jatoh. Banyak gosip buruk di sana sini. Seantero sekolah ngegosipin Raihan. Bahkan sampai ke dunia maya. Dan guepun ikutan kena damprat beberapa cewek yang pernah deket sama Raihan. Ada yang bilang gue ngebelain Raihan lah, ada yang bilang gue ngga tahu apa-apa lah. Ya gue emang ngga tahu apa-apa. Thats why gue ngga ikutan untuk ngejatohin Raihan.

Gosip masih terus bergulir sampai beberapa minggu. Dan gue masih belum tahu siapa cewek itu. Sampai akhirnya, temen-temen gue yang sebenernya malespun turut angkat bicara.
'Kasih tahu Raihan kek, Cay'
'Mendingan sama lo tahu'
'Gue lebih rela Raihan sama lo daripada sama cewek itu'
Hei, gue ngga tahu apa-apa soal urusan ini. Gue bahkan ngga tahu siapa dan gimana wajah si cewek yang katanya jadi pacar Raihan itu.

Guepun geram sendiri. Bukan, bukan karena Raihan pacaran sama cewek itu. Tapi geram karena gue ngga tahu apa-apa soal urusan ini.

Akhirnya, suatu siang pas jam istirahat sekolah Raihan dateng ke kelas gue. Kali ini bukan untuk nyampein surat dari Alif. Tapi emang ada sesuatu yang ingin dia omongin. Pas kata gue. Karena gue juga mau nanya sesuatu.
Kitapun janjian setelah pulang sekolah.
Ngobrol di depan kelas gue. Tanpa basa basi gue langsung nanya. Dan ternyata Raihan sedang ingin menjelaskan hal itu.

Yang tiba-tiba gue pikirin sekarang, kenapa hari itu Raihan harus menjelaskan  tentang itu?

Semua orang pasti punya alasan masing-masing. Termasuk Raihan. Ya, dia tahu cewek itu ngga sepinter dan sebaik cewek lainnya yang pernah deket sama dia. Thats why he chose her. Karena Raihan ingin mengubah cewek itu ke jalan yang lebih baik. Mungkin alasan ini terdengar klise, bagi perempuan berusia hampir 24 tahun kaya gue sekarang ini. Tapi dulu, sepertinya ini alasan yang lagi ngetren waktu gue masih sebagai bocah berusia 16/17 tahun. Yea, time flies so fast.

Sekarang gue jadi inget, sejak kapan kedekatan ini bermula.

Terimakasih, wahai mantannya Raihan.

Sejak hari itu, Raihan jadi sering nelpon gue. Meskipun untuk ngomongin tentang cewek itu. Tentang ibunya. Tentang progress sekolahnya. Tentang perubahan si cewek itu pula.

Gue inget, mungkin itu pertama kalinya Raihan jadi romantis. Dia menceritakan sebuah konsep kejutan ulang tahun pada pukul 12 malam teng. Sekarang ? Mendingan tidur. Padahal rumah Raihan dengan cewek itu sangat jauh. Tapi Raihan bela-belain dateng ke rumah dia tepat jam 12 malem  dengan kongkalingkong sama ibu si cewek.
Waw, gue pikir Raihan sudah terlalu jauh.
Tapi gue cuma selalu jadi pendengar yang baik. Karena gue pikir, Raihanpun sudah tahu mana yang baik dan buruk untuk dia.

Dan feelin gue bener, cewek itu belum bener-bener tulus. Merekapun akhirnya putus. Kata Raihan karena si cewek berubah lagi ke kehidupan lamanya. Gue melihat sedikit gurat kekecewaan di wajah Raihan hari itu. Tapi bukan Raihan kalo down cuma gara-gara itu aja. Terlebih dia adalah laki-laki.

Masa putih abu-abu berakhir. Dan cerita gue sama Raihan, masih berlanjut.

Dan sekarang ini, dia juga baru aja minta gue untuk mencari kabar tentang perempuan yang ingin dia lamar.

Perempuan ini berbeda. Ya, mungkin memang dialah yang selama ini dicari Raihan. Dia pinter, dia cerdas, wawasannya luas, dia ramah, dia cantik paras dan hatinya. Dan yang paling penting, dia shaliha. Dia bisa menjaga dirinya dengan baik. Amat sangat jauh di atas gue.

Kadang, gue mikir. Akan jadi apa si Raihan kalo ngga ada gue di dunia ini. Ngga ada gue yang bisa dia mintain tolong jagain pintu kamar mandi guru setiap pagi kalo dia lagi pup.

Akan jadi apa acara-acara dia kalo ngga ada gue di dalam organisasi OSIS.

Akan jadi apa dia di jalan kalo ngga ada gue yang dibonceng. Karena dia selalu sungkan untuk nanya orang.

Akan jadi apa dia di mata temen-temen kalo gue ngga ngingetin dia untuk terus keep in touch sama mereka. Meskipun cuma sebatas say hi.

Dan lagi-lagi, sekarang dia minta gue untuk menanyakan kabar perempuan yang ingin dia lamar. Hari itu semuanya biasa aja. Tapi entah, setelah 8 tahun semuanya berubah. Ada yang ngga biasa dengan diri gue. Meskipun mungkin Raihan melihatnya biasa aja.

Ketika Raihan minta gue untuk nanyain kabar si perempuan yang ingin dia lamar, rasanya ada yang ganjal di ulu hati gue. Dan sedikit nyeri.

Tuhan, ini apa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat, Tapi Sayang (3)

Sahabat, Tapi Sayang

Sepotong Martabak